Indonesia menerima pinjaman 300 juta dolar AS dari Agence Francaise de Develompment (AFD) untuk mendukung implementasi matrix policy dalam rangka program climate change di Indonesia.
Perjanjian pinjaman itu ditandatangani Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto dan Direktur AFD di Indonesia Joel Daligault di Gedung AA Maramis Kementerian Keuangan Jakarta.
Tujuan pinjaman program perubahan iklim adalah untuk mendukung reformasi kebijakan yang sedang berjalan dalam menghadapi berbagai isu perubahan iklim melalui sejumlah sasaran/kegiatan yang termaktub dalam kerangka tiga tahunan matix policy.
Matrix policy tiga tahunan itu mencakup bidang mitigasi (kehutanan, energi), adaptasi (pertanian, air), dan isu-isu lintas sektoral.
Pertemuan terakhir komite pengarah Pinjaman Program Perubahan Iklim (CCPL) menyetujui hasil kegiatan tahun 2009 yang memuaskan dan telah memutuskan beberapa sasaran dan kegiatan untuk 2010.
Rahmat Waluyanto menyebutkan, pada 2008 dan 2009, AFD telah memberikan pinjaman tahap pertama dan kedua sebesar 200 dan 300 juta dolar AS, dalam pendanaan bersama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA akan turut memberikan pinjaman sebesar 300 juta dolar AS untuk mendukung tahap ketiga ini.
Bank Dunia juga akan bergabung dengan CCPL mulai 2010 ini, dengan kontribusi sebesar 200 juta dolar AS. AFD merupakan institusi keuangan untuk pembangunan untuk melawan kemiskinan dan mendukung pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang dan wilayah Prancis di luar negeri.
Jumat, 25 Juni 2010
Indonesia Berutang 1,9 Miliar Dollar Untuk Dana Perubahan Iklim
Akibat dampak perubahan iklim membuat pemerintah terpaksa harus kembali menambah utang dari negara maju sekitar 1,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dalam periode tiga terakhir ini.
"Total pinjaman program perubahan iklim atau CCPL mencapai 1,9 miliar dolar AS," kata Direktur Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Maurin Sitorus, di Gedung AA Maramis Kemenkeu, Jakarta, Kamis seperti dilansir Antara.
Maurin merinci, jumlah 1,9 miliar dolar AS itu terdiri dari total pinjaman dari Perancis sebesar 800 juta dolar AS, Jepang 900 juta dolar AS, dan dari Bank Dunia senilai 200 juta dolar AS.
Maurin mengungkapkan, tiga kreditur itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga sudah menyatakan keinginannya untuk bergabung memberikan pinjaman program perubahan iklim kepada Indonesia.
"ADB mungkin mulai bergabung 2011, belum ada komitmen, mereka baru menyatakan ketertarikan kepada program CCPL di Indonesia," katanya.
Lebih lanjut Maurin menjelaskan bahwa pinjaman CCPL masuk ke dalam pinjaman program dan bukan ke dalam pinjaman proyek.
"Uang ini nanti masuk ke kas negara untuk menutup defisit APBN. Kalau pemerintah perlu tinggal ngambil dari sini. Dana itu tidak ditujukan khusus untuk suatu proyek/kegiatan tertentu," katanya.
Ia menyebutkan, kreditur memberikan pinjaman dengan persyaratan lunak karena pemerintah memiliki policy matrix terkait perubahan iklim.
"Kita dapat reward saja karena kita punya program yang bagus, kontrolnya hanya di kebijakan yang ditempuh pemerintah, apa sudah ditempuh atau belum," katanya.
CCPL terakhir yang ditandatangani Indonesia adalah dari Prancis dengan jumlah sebesar 300 juta dolar AS.
"Pinjaman ini merupakan pinjaman dengan special rate atau lebih murah dibanding lain. Tenor pinjaman selama 15 tahun dengan grace periode lima tahun," kata Maurin.
Rencana Global Gagal Menangkap Karbon
Dunia gagal mewujudkan sasaran untuk mengembangkan teknologi guna menangkap karbon, kata pengawas energi negara ekonomi industri, Senin (14/6), saat lembaga itu melapor kembali ke negara G8 mengenai janji masa lalu mereka.
Pada pertemuan puncak di Jepang dua tahun lalu, delapan negara ekonomi terkemuka di dunia mendukung sasaran Badan Energi Internasional (IEA) untuk meluncurkan 20 proyek berskala besar guna memperlihatkan teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon paling lambat pada 2010.
Pada kenyataannya, hanya lima proyek semacam itu yang beroperasi saat ini, semuanya dilancarkan sebelum pertemuan puncak 2008, kata penasehat IEA kepada 28 negara maju sebelum pertemuan puncak G8 di Kanada pekan depan.
Tak satu pun dari proyek yang ada tersebut melakukan uji-coba rangkaian penuh pemrosesan CCS, yang melibatkan penangkapan dan kemudian penyaringan serta penyimpanan buangan karbon di bawah tanah dari pembangkit listrik tenaga gas dan batu bara.
"(Sasaran 2010) tetap menjadi tantangan dan akan mengharuskan semua pemerintah dan sektor industri bekerja sama," kata IEA dalam satu laporan ke pertemuan puncak Kelompok 8 Negara Industri (G8) di Kanada, sebagaimana dilaporkan kantor berita Inggris, Reuters seperti dilansir Antara.
Namun, satu proyek baru Australia telah meluncurkan dan melanjutkan pembangunan guna mengujicoba proses penuh CCS. Yang juga menjadi catatan positif, IEA memperkirakan pemerintah telah menyampaikan komitmen selama dua tahun belakangan untuk menyediakan 26 miliar dolar AS, dengan keperluan anggaran tahunan antara 5 miliar dan 6,5 miliar dolar AS selama satu dasawarsa selanjutnya.
IEA menyatakan bahwa CCS adalah teknologi penting guna memerangi perubahan iklim karena itu dapat memungkinkan negara berkembang terus membakar pasokan batu bara murah dan tetap mengekang buangan karbon, saat mereka berusaha menumbuhkan ekonomi mereka.
Negara berkembang sekarang menjadi sumber utama global peningkatan buangan gas rumah kaca. IEA memperkirakan bahwa sebanyak 100 proyek CSS berskala besar diperlukan di seluruh dunia paling lambat pada 2020, sebanyak separuhnya di negara berkembang, guna memelihara ambang aman perubahan iklim.
Laporan yang dikeluarkan Senin (14/6) memperhitungkan bahwa pemerintah terikat komitmen antara 19 dan 43 proyek besar paling lambat pada 2020, dan menyampaikan perkiraan lain mengenai 80 proyek dalam berbagai tahap pembangunan.
"Upaya yang jauh lebih besar akan diperlukan guna memenuhi tingkat penggelaran masa depan," katanya.
Kenapa baterai bekas gak boleh dibuang ke tempat sampah?
Coba perhatikan, ada berapa banyak barang di rumah kita yang menggunakan baterai? Ada mainan, jam tangan, jam dinding, ponsel, remote TV, kamera, iPod, dll. Lalu, apa yang kita lakukan jika baterai sudah tidak bisa dipakai lagi?
Ternyata kita semua membuang baterai ke tempat sampah, padahal itu berbahaya sekali loh! Kenapa?
Sampah baterai sesungguhnnya termasuk sebagai sampah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun), karena di dalamnya mengandung berbagai logam berat, seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel dan lithium, yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan kita.
Baterai bekas yang dibuang ke TPS atau TPA akan mencemari tanah, air tanah, sungai, danau...dan akhirnya meracuni air yang kita pakai untuk minum, mandi dan mencuci. Hiiiy...serem kan??!
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Jangan buang sampah baterai ke tempat sampah. Kumpulkanlah sampah baterai di rumah/kantor, lalu berikan ke tempat pengumpulan baterai.
Jenis sampah baterai yang dikumpulkan:
- baterai ukuran AA, AAA, C & D
- baterai jam tangan (yang kecil seperti tablet)
- baterai lithium: baterai HP, kamera digital, baterai laptop, dll
- baterai rechargeable
Untuk apa sampah baterai dikumpulkan?
Sampah baterai akan diserahkan kepada pihak penyedia jasa pengelolaan sampah B3 (bahan berbahaya & beracun) yang sudah memenuhi standar manajemen limbah, yaitu WMI - Waste Management Indonesia. Sebagian besar komponen baterai akan didaur ulang, sementara komponen seperti kadmium dan mangan akan dinetralisir dan kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi standar manajemen limbah agar tidak mencemari air tanah.
Efisiensi energy listrik dimulai dari rumah tangga
Seperti kata orang orang dahulu mulailah dari diri sendiri, begitu pula dengan energy mulailah dari sendiri. Dalam energy yang harus kita efisienkan terutama energy yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar minyak dan batubara yang merupakan bahan bakar pembangkit listrik. Energy listrik sebagai bahan bakar setiap rumah harus diefisienkan juga. Konsumsi terbesar diperkotaan energy listrik adalah untuk AC,kemudian pompa air, dan lampu.
AC sangat menyedot energy listrik dikarenakan kompresor yang bekerja maksimal dan memacu kerja motor listrik yang tinggi. Untuk itu AC harus kita kurangi dan kita sadari bahwa kita harus hemat energy. Sirkulasi udara yang baik dapat menghindari kita untuk menggunakan AC yang maksimal. Kemudian pompa air yang menggunakan motor, sebaiknya dibuat penampungan air yang cukup agar pompa tidak bekerja terus terusan. Lampu disiang hari sebaiknya di hindari lebih baik menggunakan cahaya matahari.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam effsiensi ini antara lain :
1. Sejak kecil anak kita, kita ajarkan mengenai hemat energy terutama mengenai praktek dengan mencontohkan untuk berhemat, ya dengan member contoh karena anak biasanya meniru perbutan orang tuanya jika orang tuanya tidak hemat anak cenderung untuk tidak hemat.
2. Ajarka pengetahuan mengenai listrik dari mana listrik itu berasal dan dengan apa listrik itu dihasilkan, ya dengan pengorbanan yang cukup sulit sehingga kita akan merasa sayang jika listrik itu terbuang dengan percuma.
3. Menciptakan energy listrik sendiri terutama untuk energy yang dapat diperbaharui seperti matahari, air udara, sampah tenaga hewan atau manusia karena energy ini dapat di perbaharui dengan mudah, ya jadi ajarkan kepada kita cara menghasilkannya.
4. Promosikan dengan gencar baik oleh pemerintah maupun swasta, jadi semakin sering kita di nasehati, kemungkinan kita akan sadar, ibarat batu yang sering di tetesi air sekeras apapun batu yang sering ditetesi air yang lunak akan melubangi batu itu, demikian pula denga kita, walaupun kita kecil tapi sering saya yakin kita akan bisa berhemat.
5. Mulai dari diri sendiri, ya mulai dari saya, jika saya mampu kemudian keluarga kita jika keluarga kita mampu ketetangga kita dan seterusnya.
6. Gunakan listrik pra bayar, yakni listrik yang kita beli dahulu dan kita dapat daya dari PLN. Ini sangat membantu karena kita dapat mengontrol kebutuhan listrik yang akan kita gunakan. Sayang promosi listrik pra bayar ini kurang gencar sehingga hanya sebagian orang saja yang mengetahuinya.
Demikian pemikiran mengenai hemat energy,
Kiat Mengatasi Pemadaman Bergilir
Saat ini tahun 2010, di televisi kita saksikan pada siaran berita banyak masyarakat yang protes kepada PLN mengenai pemadaman bergilir, bahkan ada yang berbuat anarkis dengan membakar kantor PLN. Saya tidak mendukung PLN atau masyarakat yang protes dengan pemadaman bergilir namun saya ada sedikit gambaran mengenai kelistrikan di negeri kita, yang jika kita terapkan menurut saya akan lebih baik dan bijaksana.
Ingin tahu? Baca yaa..
Sejak sekolah dasar kita sudah diajarkan listrik berasal dari mana, ya ada sumber daya listrik yakni sumber arus searah (DC) dan sumber arus bolak balik (AC). Sumber listrik searah kebanyakan dihasilkan dari bahan bahan kimia seperti seperti ACCU atau kita menyebutnya dengan aki, ada beberapa jenis ACCU yakni accu kering dan ACCU basah, biasanya ACCU kering jika sudah terjadi reaksi kimia tidak dapat di daur ulang sedangkan ACCU basah bisa dig anti cairanya dan dapat berfungsi lagi. Sedangkan sumber listrik arus bolak balik di hasilkan dari pemotongan medan magnet para nrangkaian magnet, sumber AC ini dihasilkan dari energy gerak karena jika ingin memotang medan magnet maka harus ada gerakan, jadi stiap gerakan akan menghasilkan energy AC.
PLN atau Perusahaan Listrik Negara memproduksi energy AC dan di didistribusikan ke masyarakat, jika beban lebih besar daripada sumber, terpaksa PLN memadamkan beban artinya pelanggan tidak mendapat aliran listrik.
Dari penjelasan diatas jika listrik yang dihasilkan oleh PLN mengalami kekurangan kita tidak perlu khawatir karena listrik dapat kita hasilkan kapan saja jika di daerah kita terdapat sumber alam zat kimia kita bisa menghasilkan listrik dengan sumber DC. Begitu pula denga sumber DC setiap gerakan akan menghasilkan sumber AC.
Yang paling mudah adalah menghasilkan energy listrik AC, kenapa karena dengan medan magnet dan gerakan kita dapat menghasilkan listrik. Kita tahu kita hidup dengan bergerak jadi setiap gerakan kita akan menghasilkan listrik. Seperti hukum kekekalan energy tidak ada energy yang terbuang energy yang kita keluarkan akan kita rubah menjadi energy lainya. Mudah bukan.
Nah jika PLN mematikan sumber listrik kita tak perlu khawatir karena kita bisa menghasilkan listrik jika kita mau. Jadi dari pada demo mendingan kita diskusi untuk mengasilkan energy listrik yang sangat mudah kita hasilkan, tapi jangan diskusi aja langsung kita kumpulkan dana dan kita produksi listrik dan dibagi bagi kemasyarakat.
Untuk PLN tolong dong ajarkan ke masyarakat agar dapat menghasilkan listrik, jika kita sudah punya energy listrik sendiri gak perlu beli kePLN lagi. Atau kita bisa jual ke PLN mungkin ini lebih baik.
Rapid dan Slow Mixing pada Instalasi Pengolahan Air Minum (Part 02)
Rapid dan Slow Mixing pada Instalasi Pengolahan Air Minum (Part 02)
Sesuai dengan namanya, di unit ini terjadi pengadukan dengan intensitas rendah atau lambat dengan gradasi menurun. Unit ini pun sering disebut flokulator dan fungsinya untuk meningkatkan jumlah kontak antarpartikel yang sudah dikoagulasi dengan cara pengadukan (agitation) yang gradien kecepatannya makin lambat dan waktunya lebih lama dibandingkan dengan rapid mixing. Selama agitasi ini mikroflok berkembang menjadi makroflok yang berat sehingga mudah mengendap. Kerapkali terjadi, karena pertumbuhan floknya begitu cepat, endapannya sudah menumpuk di bagian akhir flokulator sebelum masuk ke unit sedimentasi (klarifikasi). Tentu saja endapan di flokulator ini tidak diharapkan karena fungsinya hanya sebagai penumbuh flok. Oleh sebab itu, unit flokulator hendaklah dilengkapi dengan pipa penguras (drain pipe) agar mudah dibersihkan.
Ingin tahu lebih lanjut?
Seperti pada rapid mixing, ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk dijadikan mode flokulator, yaitu cara hidrolis dan mekanis. Kekecualiannya adalah pada cara pneumatis, sebab tidak bisa (sulit sekali) diterapkan lantaran agitasinya sangat tinggi sehingga gradien kecepatannya pun tinggi yang menyulitkan pertumbuhan flok. Dua cara di atas, yaitu hidrolis dan mekanis, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga pilihan yang tepat bergantung pada sejumlah pertimbangan seperti kualitas air baku, debit yang diolah, energi potensial (berkaitan dengan aliran secara gravitasi), tenaga operator, biaya investasi, operasi dan perawatannya. Bisa juga didasarkan pada pertimbangan penyediaan sarana penelitian untuk perkembangan ilmu dan teknologi pengolahan air. Untuk poin terakhir ini, barangkali peran PDAM perlu lebih ditingkatkan sehingga memiliki laboratorium lapangan tentang pengolahan air.
Apapun jenis atau tipenya, flokulasi selalu dipengaruhi oleh kriteria desain yang diadopsi. Begitu juga, pada satu jenis flokulator dapat saja dibuat beberapa macam modus operasi. Misalnya, pada tipe hidrolis, modusnya bisa bermacam-macam, seperti helikal, naik-turun, berkelok, flokufiltrasi, dll. Meskipun demikian, umumnya ada dua mekanisme utama dalam flokulasi, yaitu perikinetik dan ortokinetik. Perikinetik terjadi karena gerakan random termis (thermal) molekul air yang efektif terjadi pada partikel berukuran 1 s.d 2 mikron. Ortokinetik dipengaruhi oleh gradien kecepatan, gerak air atau energi dissipasi yang diberikan ke dalam air. Mekanisme kedua adalah fenomena utama dalam pengolahan air. Selain itu, gerakan zigzag dan kecepatan yang variatif menyebabkan tabrakan atau benturan antarpartikel atau flok sehingga bisa juga menyebabkan penggumpalan (agregasi flok) seperti terjadi pada sludge blanket atau upflow solid contact clarifier.
Mekanisme benturan antarpartikel ini dijelaskan oleh teori Smoluchowski (1916) yang modelnya dapat dianalisis dengan diferensial-integral yang menghasilkan simpulan bahwa jumlah tabrakan bergantung pada jumlah partikel, gradien kecepatan, dan diameter partikel. Hubungan serupa, yakni masih berkaitan dengan jumlah partikel dan gradien kecepatannya, dinyatakan oleh Camp & Stein dengan formula seperti yang ditulis pada artikel sebelumnya. Selanjutnya Camp mengemukakan bahwa konsentrasi dan ukuran flok dipengaruhi oleh gradien kecepatan dan waktu. Gradien kecepatan yang tinggi dapat merusak flok yang telah terbentuk menjadi mikroflok atau bahkan menjadi partikel koloid lagi.
Dalam flokulasi jumlah partikel yang berbenturan atau tabrakan merupakan langkah awal pembentukan flok dan merupakan fungsi dari gradien kecepatan dan waktu detensi. Rentang gradien kecepatan dan waktu detensi yang biasa digunakan dalam desain diberikan pada Tabel 2.
Dalam bahasan selanjutnya diberikan beberapa jenis flokulator yang banyak dibuat di PDAM dan ada juga yang baru dalam skala pilot atau bahkan skala laboratorium di perguruan tinggi. Buku Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment karya Ronald Droste (1997) menguraikan dengan cukup lengkap beberapa flokulator yang sudah diterapkan, minimal dalam skala pilot. Beberapa di antaranya diberikan di bawah ini.
Paddle flocculator. Jenis ini biasanya untuk instalasi berkapasitas sangat besar dengan kualitas air permukaan yang fluktuatif. Setiap ruangnya berisi paddle yang jumlahnya bervariasi, bergantung pada nilai G yang diinginkan terjadi di dalam pengolahannya. Unit ini ada yang paddle-nya searah dengan aliran air dan ada juga yang tegak lurus terhadap arah aliran air. Kedalaman ruang atau kompartemennya juga ada yang sama atau datar dan ada yang makin dalam atau menurun dengan kemiringan tertentu. Biaya investasi, operasi, dan perawatannya sangat mahal, sarat dengan teknologi sehingga hanya cocok untuk kota besar.
Pipe flocculator. Ini termasuk jenis yang jarang diterapkan di PDAM atau malah belum ada yang menerapkannya. Pipa yang dijadikan flokulator ini dapat dibentuk dengan pola apa saja, apalagi kalau yang digunakan adalah pipa yang elastis, misalnya berbahan HDPE. Jenis yang "menantang" untuk diterapkan di PDAM adalah flokulator pilin (Helical Flocculator, MAM edisi Desember 2006). Malah bentuknya, seperti ditulis dalam MAM edisi tersebut, dapat memperindah instalasi agar tidak “kaku” dan "menjemukan". Unit yang dalam skala laboratorium sudah dijadikan objek penelitian di perguruan tinggi ini menghasilkan kinerja yang memuaskan.
Berikutnya adalah Upflow Solid Contact Clarifier. Di dalam unit ini terjadi tiga macam proses operasi, yaitu rapid mixing, slow mixing, dan klarifikasi. Pada bagian klarifikasi timbul lapisan lumpur (sludge blanket) sehingga dapat menghalangi dan menangkap mikroflok. Kesulitan unit ini adalah pada proses penumbuhan lapisan lumpur dan menjaganya agar tetap stabil ketika dibersihkan. Yang masih tergolong flokulator hidrolis adalah Alabama Flocculator. Kali pertama unit ini dibuat di Alabama dan sukses diterapkan di Amerika Latin. Pebble Bed Flocculator. Ini termasuk yang unik dalam pengolahan air. Flokulasi terjadi di dalam rongga antarbutir kerikil, mirip dengan filtrasi. Hanya saja, media butirnya jauh lebih besar daripada media filter, bahkan lebih besar daripada roughing filter. Mekanisme alirannya mengikuti formula yang biasa diterapkan dalam desain dan operasi filter konvensional, khususnya rapid sand filter.
Ada satu lagi yang termasuk hidrolis yaitu Surface Contact Flocculator. Bermula dari India, unit ini lebih diarahkan untuk mengolah air berdebit kecil. Kesulitan operasi pada pebble bed flocculator berupa sumbatan (clogging), tidak terjadi pada unit ini. Terdiri atas pelat dan sekat yang dipasang zigzag atau selang-seling untuk mendapatkan proses pengadukan, model flokulator ini menunggu untuk diteliti dalam skala laboratorium maupun pilot. Adakah PDAM yang bersemangat mendukungnya? Yang terakhir adalah Baffled Channel. Jenis ini adalah flokulator yang relatif banyak di PDAM, baik yang aliran airnya turun-naik maupun yang berkelok. Berikut diberikan contoh flokulator kanal kelok yang dibangun di PDAM Kota Tarakan, diterbitkan atas seizin direksinya.
Rapid dan Slow Mixing pada Instalasi Pengolahan Air Minum (Part 01)
Rapid dan Slow Mixing pada Instalasi Pengolahan Air Minum (Part 01)
Kalau memanfaatkan air baku dari sungai, danau atau waduk, IPAM di PDAM (dan di mana saja), hampir dapat dipastikan (99%) dilengkapi dengan unit mixing. Unit yang dapat dibedakan menjadi dua jenis ini, yaitu rapid mixing dan slow mixing, menjadi harga mati bagi proses klarifikasi, filtrasi, dan desinfeksi (khususnya klorinasi).
Berikut penjelasan global mengenai Rapid Mixing pada instalasi pengolahan air minum. Selamat menikmati.
Air sungai, danau, dan waduk, juga badan air permukaan lainnya, diperkaya oleh material tanah hasil erosi, khususnya lempung (koloid), dissolusi mineral, dan busukan zat organik. Karena material ini tidak layak masuk ke dalam tubuh manusia (ada yang berbahaya) maka harus dihilangkan dulu dengan cara pengolahan yang melibatkan unit mixing. Apalagi kalau badan air tersebut terkontaminasi oleh limbah industri dan domestik, penerapan proses kimia tak bisa ditawar-tawar lagi.
Di antara tiga jenis material dalam air seperti disebut di atas, yang menjadi fokus utama di PDAM tak lain daripada koloid (colloidal). Koloid adalah partikel berukuran mikron (1 – 200 milimikron) yang mayoritas bermuatan negatif sehingga stabil dan tidak bisa mengendap. Berdasarkan “kesukaannya” pada air, koloid dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Koloid hidrofilik (suka air) adalah koloid yang berdaya afinitas (ikat) tinggi terhadap air sedangkan koloid hidrofobik (takut air) rendah daya afinitasnya terhadap air. Sifat hidrofilik menyebabkan ikatan koloid dengan air menjadi kuat sehingga koloid lebih stabil dan sulit dipisahkan dari air. Kestabilan koloid hidrofilik ini disebabkan oleh fenomena hidrasi, yaitu molekul air tertarik oleh permukaan koloid sehingga menghalangi terjadinya kontak antarkoloid.
Rapid Mixing
Pengadukan cepat (rapid, flash, quick, fast mixing) adalah unit yang digunakan untuk meratakan koagulan secara singkat ke seluruh bagian air agar dihasilkan destabilisasi koloid sehingga terjadi proses koagulasi. Fenomena pengadukan ini dapat terjadi di banyak tempat dan alat, misalnya di terjunan air, pusaran air, loncatan hidrolis, aliran dalam pipa, belokan pipa, di dalam pompa, venturi flumes, dan alat-alat pengaduk seperti paddle, turbine, popeller. Secara mikroelektrokimia, mixing menyebabkan reaksi antara muatan negatif koloid dan muatan positif koagulan yang menghasilkan destabilisasi. Kejadian inilah yang akhirnya berujung pada kait-mengait antara koloid dan koagulan kemudian tumbuh menjadi mikroflok lalu makroflok yang terus membesar, berat, dan “padat”.
Literatur yang lain menyatakan bahwa koagulasi adalah pemberian kation (bermuatan positif) ke dalam air baku yang kaya koloid (permukaannya bermuatan negatif) sehingga terjadi tarik-menarik yang akhirnya dapat menghilangkan kestabilan koloid. Di sini terjadi perubahan koloid yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil (labil) lalu disertai proses pelekatan (penggumpalan, aglomerasi). Taraf pelekatan ini pun bergantung pada intensitas pengadukan yang diukur dengan parameter gradien kecepatan (velocity gradient) dan lamanya pengadukan. Korelasi dua hal tersebut telah dirumuskan dalam formula kinetika oleh Camp & Stein dan masih diterapkan sampai sekarang untuk mendesain unit mixing.
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa gradien kecepatan bergantung pada daya atau energi dissipasi atau energi yang dimasukkan (power input) ke dalam air, kekentalan (viskositas) air, dan volumenya. Adapun nilai gradien kecepatan koagulasi antara 250 – 1.500 per detik sedangkan pada flokulasi 10 – 100 per detik. Nilai ini memang berbeda-beda dari satu buku ke buku lainnya, tetapi rentang nilainya ada yang sama (beririsan). Satu lagi parameternya yang penting, yaitu nilai G.td dengan kisaran 30.000 – 60.000 (tanpa satuan) dan waktu detensinya (detention time, td) = 60 – 120 detik. Karena air yang diolah sudah ditetapkan debitnya, maka waktu detensinya dapat dihitung, yaitu V/Q. Apabila rasio daya dissipasi terhadap volume airnya besar, maka gradien kecepatannya pun membesar sehingga sifat aliran fluidanya menjadi makin turbulen. Makin besar nilai G, makin besar pula adukan yang terjadi.
Bagaimana praktiknya di lapangan? Patut diakui bahwa kalkulasi di atas kertas, walaupun sangat teliti secara teoretis, kerapkali tidak sesuai dengan kejadian di lapangan, bahkan sering berbeda dengan fenomena di laboratorium (skala lab). Ini disebabkan oleh banyak hal yang terus berubah kondisinya sehingga berpengaruh pada koagulasi. Hal-hal ini, selain faktor intensitas pengadukan dan tingkat turbulensinya, ialah:
a. Derajat keasaman air (pH) dan alkalinitas. Koagulasi akan berlangsung dengan baik apabila berada pada rentang pH optimum untuk koagulan masing-masing.
b. Tingkat kekeruhan air baku. Makin keruh air bakunya, makin banyak kebutuhan koagulannya.
c. Dosis dan karakteristik koagulan. Dosis berkaitan dengan taraf kekeruhan air baku dan karakteristik koagulan yang digunakan.
d. Mode pengadukan. Telah disebut di atas, intensitas pengadukan yang tepat dan cepat akan meratakan sebaran koagulan ke seluruh bagian air.
e. Temperatur air. Koagulasi berlangsung relatif lambat pada temperatur rendah.
Namun demikian, pendekatan teoretis yang meskipun berbeda hasilnya dengan praktik di lapangan masih dapat dijadikan acuan dalam mendesain unit mixer. Ini jauh lebih baik daripada tidak ada acuan sama sekali. Selain itu, peran operator pun ikut menentukan optimalisasi operasi mixing, termasuk kemampuannya dalam menganalisis perubahan kondisi air baku di lapangan dan menginterpretasikan data hasil jar test-nya di laboratorium kemudian melakukan cek dan atur ulang (resetting) katup dan alat-alat mekanisnya.
Jar Test
Satu hal yang tidak bisa dan tidak boleh dilupakan dalam kaitannya dengan mixing adalah jar test. Inilah miniatur unit mixing, sekaligus unit sedimentasi atau klarifikasi. Terlampir ditampilkan sebuah foto (gambar 1) alat jar test yang berfungsi untuk memprediksi dosis optimum koagulan yang layak diterapkan pada sampel air baku dengan kondisi relatif tetap, baik pH, temperatur, maupun kekeruhannya. Tentu saja hasil jar test ini tidak akan sama dalam semua periode musim lantaran terjadi perubahan kualitas air, baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Itu sebabnya, dalam jangka panjang, operator wajib (sebaiknya diwajibkan oleh direksi PDAM) untuk rutin mencatat perubahan kondisi air baku sebelum masuk ke unit mixing sekaligus melaksanakan jar test dan mencatatkan hasilnya di dalam buku dan dibuatkan grafik variasi kualitasnya. Data ini bermanfaat bagi PDAM dalam jangka panjang untuk memperkirakan karakteristik air baku daerah setempat dan juga berguna dalam perancangan IPAM pada masa depan.
Meskipun sudah menjadi pekerjaan harian di PDAM (terutama di PDAM besar yang air bakunya dari sungai), secara ringkas di sini dipaparkan tentang jar test. Prinsipnya, zat kimia yang dapat digunakan sebagai koagulan (dalam jar test dan praktik di lapangan) adalah semua yang kationnya bervalensi dua atau lebih dan kuat sifat elektrolitnya seperti Fe (ferrum, besi) dan Al (aluminum). Yang umum dan sudah dijual luas ialah aluminum dan derivatnya: aluminum sulfat (tawas (Al2(SO4)3.18H2O) dan Polyaluminum Chloride (PAC). Dari jenis besi antara lain fero sulfat (Fe(SO4)) dan feri klorida (FeCl3). Apabila koagulan, misalnya alum dan derivatnya, dimasukkan ke dalam air, maka akan terjadi disosiasi dan hidrolisis, kemudian polimerisasi.
Yang berperan dalam destabilisasi koloid pada reaksi di atas adalah kation Al3+. Di dalam campuran air dan koagulan (mixed liquor), molekul Al(OH)3 yang wujudnya padat atau presipitat dapat berfungsi sebagai inti flok (nucleus), sedangkan ion kompleksnya, Al(H2O)4(OH)2)4+ berfungsi sebagai tali atau rumbai yang menghubungkan partikel satu dengan yang lainnya. Pada tabel 1 diberikan fenomena koagulasi dan tahap-tahapnya sampai tercapai flok yang berat (flokulasi peri dan ortokinetik). Adapun gambar 2 berisi urutan fenomena koagulasi flokulasi dengan polimer yang digambarkan seperti benang (tali) berjumbai (rumbai) yang siap menangkap partikel koloid. Partikel yang labil terus bergabung membentuk flok yang lebih besar dan begitu seterusnya. Tulisan khusus tentang flokulasi (slow mixing) akan diberikan pada edisi selanjutnya. (bersambung ke "Rapid dan Slow Mixing pada Instalasi Pengolahan Air Minum (Part 02)")
Koagulasi dan Flokulasi
Dalam dunia lingkungan, kita sering menemukan istilah koagulasi dan flokulasi.
Tahukah anda apa sebenarnya arti dari dua kata tersebut? berikut penjelasannya.
KOAGULASI
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah:
* Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok;
* Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid;
* Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.
Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:
1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan;
2. Jumlah dan karakteristik koloid;
3. Derajat keasaman air (pH);
4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;
5. Temperatur air;
6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;
7. Karakteristik ion-ion dalam air.
Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G).
Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai cara pengadukan dapat dilakukan, diantaranya:
1. Pengadukan Mekanis
Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller.
2. Pengadukan Pneumatis
Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan.
3. Pengadukan hidrolis
Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).
a. Terjunan hidrolis
Metode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua peralatan yang digunakan berupa peralatan diam/statis.
peace
Gambar 3.2 Terjunan Hidrolis
b. Aliran dalam pipa
Salah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis dan simple adalah pengadukan melalui aliran dalam pipa. Metoda ini sangat banyak digunakan pada instalasi-instalasi berukuran kecil dengan tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan alat. Efektivitas pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa, dan panjang pipa pengaduk yang digunakan.
c. Aliran dalam saluran (baffle)
Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum digunakan yaitu pola aliran mendatar (round end baffle channel) dan pola aliran vertikal (over and under baffle).
Operasional dan Pemeliharaan.
* Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat keasaman (pH) air baku. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH air baku ditentukan dengan komparator pH;
* Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan setiap jam oleh operator instalasi;
* Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi, dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser;
FLOKULASI
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok.
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi.
Operasional dan Pemeliharaan.
* Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari;
* Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;
* Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle;
d. Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan mechanical mixer. Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang lebih besar dari penggunaan flokulator baffle;
Penyaringan Air secara sederhana dalam skala rumah tangga
Kebutuhan akan air bersih merupakan dambaan bagi setiap kita, apalagi pada musim hujan sekarang ini, kebutuhan akan air bersih menjadi meningkat. Oleh karenanya diperlukan suatu teknologi tepat guna untuk membantu keadaan di atas. Teknologi ini tidak hanya tepat guna namun sederhana dan tidak terlalu harus merogoh kocek yang banyak. Berikut langkah-langkah yang saya dapat berikan :
1.
Air pertama kali diisi pada bagian yang paling atas dengan air kotor atau air yang akan dijernihkan. Kemudian ditambah tawas yang berfungsi sebagai koagulan yang dapat membantu mengendapkan kotoran-kotoran (flok-flok) menjadi lumpur yang siap untuk dibuang. Pemberian kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan pada tahap ini, tetapi bisa juga bersifat optional. Pemberiaan kaporit dilakukan untuk membunuh bakteri yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
2.
Pada tahap kedua dialirkan melalui media pasir dan krikil. Kedua media ini berfungsi untuk menahan partikel yang masih melayang (suspensi) di dalam air, sehingga diharapkan nantinya air yang melalui media ini air dalam kondisi jernih dan sedikit kandungan floknya.
3.
Pada tahap selanjutnya, air dialirkan ke media ijuk dan arang. Pemberian media ini dimaksudkan agar air yang masih terdapat kandungan floknya menjadi lebih jernih, sedangkan arang berfungsi untuk menghilangkan rasa air, warna, dan bau yang tidak sedap yang dapat mengganggu kenikmatan kita meminum air.
4.
Tahap terakhir air menjadi jernih seperti yang kita harapkan. Pada tahap ini diperkenankan untuk memberikan kaporit kembali sebagai antisipasi pada saat proses penyaringan tadi masih terdapat bakteri yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita.
Jenis pengolahan di atas sebenarnya adalah embrio bagi PDAM-PDAM seluruh Indonesia dalam menerapkan teknnologi pengolahan air skala besar. Pada pengolahan di atas terdapat unit-unit pengolahan air yang sering diterapkan di PDAM, yaitu : Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan desinfeksi terdapat pada tahap pertama kali penyaringan (lihat gambar di atas). Sedangkan filtrasi terdapat pada tahap kedua dan ketiga yaitu berupa pemasangan media pasir, krikil, arang dan ijuk.
Ternyata nenek moyang kita secara tidak langsung memberikan pelajaran berharga kepada kita semua. Sekarang bagaimana dengan kita sendiri ?, sudahkah kita melakukan inovasi yang berharga bagi anak cucu kita kelak ?. Selamat berkarya, semoga kita melahirkan maha karya yang dapat dikenang sepanjang masa.
Jartest
Jartest
Untuk mengentahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan.
Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi.
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, kolois, dan yang tidak dapat mengendap dalam air. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk :
* Bahan kimia pembantu
* pH
* Temperatur
* Persyaratan tambahan dan kondisi campuran.
Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini. Peralatan yang diperlukan terdiri dari: Pengaduk, Gelas Kimia, Rak Pereaksi Bahan kimia dan bahan pembantu, digunakan untuk larutan dan suspensi pengujian, kecuali koagulan pernbantu dapat dipersiapkan setiap akan digunakan dengan membuat larutan sampai mencapai konsentrasi 10 gr/L. Koagulan pembantu, dalam perdagangan tersedia berbagai macam koagulan pembantu atau polielektrolit.
Prosedur pengujian :
1. Masukkan volume contoh uji yang sama (1000 mL) kedalam masing-masing gelas kimia. Tempatkan gelas hingga baling-baling pengaduk berada 6,4 mm dari dinding gelas. Catat temperatur contoh uji pada saat pengujian dimulai.
2. Letakkan bahan (kimia) uji pada pereaksi.
3. Operasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan kira-kira 120 Rpm. Tambahkan larutan atau suspensi pada setiap penentuan dosis yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan minimal, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 20 menit.
5. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok.
6. Setelah 15 menit pengendapan, catat bentuk flok pada dasar gelas dan catat temperatur contoh uji, Dengan menggunakan pipet atau siphon, keluarkan sejumlah cairan supernatan yang sesuai sebagai contoh uji untuk penentuan warna, kekeruhan, pH dan analisis lainnya.
7. Ulangi langkah 1 sampai 6 di atas sampai semua variabel penentu terevaluasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti prosedur berpasangan 3 dan 3 jartest dianjurkan.
Tips Masakan Sehat dari Bahan Herbal
Tips Masakan Sehat dari Bahan Herbal
Brokoli Tumis Cabe Kering
Sayuran yang dikenal dapat membantu pencegahan penyakit kanker ini tampak nikmat dengan diolah tumis menggunakan cabe kering.
Bahan Baku: 500 gr brokoli, 5 buah cabe kering, 2 sendok makan kecap inggris, ½ sendok teh kaldu ayam bubuk, ½ sendok makan minyak wijen, 3 siung bawang putih, 5 sendok makan air.
Cara Mengolah :
1. Potong-potong brokoli sesuai kuntumnya, rendam dalam air garam selama 5 menit. Tiriskan.
2. Cincang halus bawang putih dan cabe merah kering, sisihkan.
3. Tumis bawang putih dan cabe merah kering hingga harum, tuangkan sedikit air.
4. Masukkan brokoli, kecap Inggris, kaldu ayam bubuk, dan minyak wijen. Aduk-aduk hingga brokoli matang. Angkat.
5. Sajikan segera.
Tips Menghindari Flu
Tips Menghindari Flu
Secara medis virus emang gak ada obatnya ( flu juga berasal dr virus ). Yang bisa kita lakukan adalah dengan meningkatkan immun (kekebalan tubuh) kita. Berikut adalah beberapa tip yang lumayan bagus untuk meningkatkan immun kita untuk yang sering batuk/bersin/flu/radang tenggorokan dan alergi.
Tiap pagi minum lah minyak zaitun dan madu masing2 1 sendok makan, untuk anak2 cukup 1 /2 sendok makan. Lakukan secara teratur tiap pagi, insya Allah sangat membantu. Jangan lupa bersihkan kamar dari debu dan kotoran-kotoran lain nya.Selamat mencoba. [www.wanita.com]
Jumat, 22 Januari 2010
Bahaya Limbah Plastik
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi "PR" besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga.
Lalu apakah anda tahu bahaya apa saja yang disebabkan kantong plastik bagi lingkungan hidup?
Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Coba anda bayangkan begitu fantastisnya sampah plastik yang sudah terlampau menggunung di bumi kita ini. Dan tahukah anda? Setiap tahun, sekitar 500 milyar – 1 triliyun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya (coba kalikan dengan jumlah penduduk kotamu!)
Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak digunakan sejak masuknya supermarket di kota-kota besar.
Sampah plastik dapat menyebabkan perubahan iklim?
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
Lantas, apa solusinya mengatasi sampah kantong plastik?
Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong plastik itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi polutan yang signifikan. Kalau dibakar, sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas rumah kaca di atmosfer.
Apa yang harus kita lakukan?
Kurangi penggunaan kantong plastik sekarang juga dan gunakan tas kain setiap kali berbelanja. Jika hanya membeli sedikit, masukan barang belanjaan ke dalam tas. Ingatkan orang rumah atau teman kamu untuk selalu membawa tas kain saat belanja. Hubungi supermarket, mall dan toko buku langganan kamu untuk berhenti memberikan kantong plastik.
Namun seperti diungkapkan anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, di daur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.
Terlepas dari usaha dan upaya tersebut, menurut pendapat saya pribadi semuanya akan berpulang kembali kepada individu-individu masing-masing. Dan kesadaran dirilah yang menentukan berjalan atau tidaknya langkah-langkah yang telah di anjurkan.
Saat berbagai Negara mulai melarang dan merespon terhadap bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda malah sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik. Sejumlah Negara mulai mengurangi penggunaan kantong plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Singapura, sejak April 2007 berlangsung kampanye ‘Bring Your Own Bag’ (bawa langsung kantong anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency (NEA). Dan Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) mengatasi kantong plastik. Dan reaksi yang telah disiapkan antara lain pelarangan penggunaan tas plastik di Departement Store.Para pembeli akan dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi produksi tas plastik.
Sedangkan bagaimana dengan Indonesia sendiri? Pemerintah belum secara nyata membuat kebijakan tersebut. Menyadari dengan kondisi Indonesia yang sekarang ini maka terinspirasilah dari berbagai informasi tentang pelarangan penggunaan kantong plastic dari berbagai Negara. Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB sejak sebulan terakhir mulai menjalankan kampanye untuk ‘memusuhi’ kantong plastik, seperti yang dilakukan oleh Negara Singapura.
HMTL berupaya membangun komunitas yang benar-benar sadar akan bahaya penggunaan plastik secara berlebihan. Acara “Plastic Phobia” yang merupakan rangkaian akhir dari “Anti Plastic Campaign Bag” atau Kampanye Anti Kantong Plastik itu diwarnai oleh “happening art” dan aksi seni instalasi dari mahasiswa Design Grafis ITB.
“Semangat merubah budaya penggunaan kantong plastik perlu dilakukan dari individu masing-masing. Upaya ini sangat positif untuk menghentikan bencana lingkungan akibat kantong plastik di masa depan” kata Rektor ITB Prof. Dr. Joko Santoso di sela-sela acara kampanye itu. Menurut Joko, sudah selayaknya kawula muda lebih peduli dan ramah kepada lingkungan, karena generasi muda akan menentukan penyelamatan lingkungan di masa mendatang.
Jadi ingat, jangan membakar sampah plastik karena jika sampah itu di bakar racun yang ada dalam sampah tersebut akan membuat polusi di udara termasuk pada udara yang kita hirup yang dapat membuat kita sakit. Jangan mengubur sampah plastik karena racun yang ada di dalam sampah akan meresap atau merembes kedalam tanah dan membuat air yang ada dalam tanah akan tercemar begitu juga lingkungan di sekitarnya. Jangan membuang sampah plastik, karena racun yang ada dalam sampah dapat mencemari lingkungan di sekitar kita, makhluk hidup dan lingkungan kita akan mengalami kerusakan dan racun akan terus bertambah dimana-mana.
Pengelolaan Sampah Perkotaan Perlu Diubah
Pasti kamu udah tau gimana ngatasin permasalahan sampah di perkotaan kan? Yah dikumpulin terus dibuang di TPA. Sebenarnya cara itu sudah tidak efektif lagi dan perlu diubah. Nah loh?
Bingung khan? baca dulu deh...
hehe
Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem TPA (tempat pembuangan akhir) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus dipertahankan akan membuat kota dikepung “lautan sampah” sebagai akibat kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah yang terus bertambah. Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran. Selain itu yang paling dirugikan dan selama ini tidak dirasakan oleh masyarakat adalah telah dikeluarkannya miliaran rupiah untuk membuat dan mengelola TPA.
Penanganan model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi penghapusan model TPA pada jangka panjang karena dalam banyak hal pengelolaan TPA (tempat pembuangan sampah) masih sangat buruk mulai dari penanganan air sampah (leachet) sampai penanganan bau yang sangat buruk.
Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganannya (Murthado dan Said, 1987).
Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang dimulai pada skala kawasan (tingkat kecamatan), kemudian dilanjutkan pada skala yang lebih luas lagi.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu : a) partisipasi pada tahap perencanaan, b) partisipasi pada tahap pelaksanaan, c) partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan dan d) partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain : kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Reduce (mengurangi), Reuse (penggunan kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif aplikatif dan dapat bernilai ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Model ini akan dapat memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD yang berat. Selain itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan saat ini.
Sampah Plastik
Siapa yang tidak tau limbah plastik? Aku rasa semua orang tau apa itu limbah plastik. Tapi aku yakin tidak semua orang tau dampak limbah plastik bagi kehidupan kita. Kedengarannya buang kulit permen di sembarangan tempat itu sudah biasa dan sebagian masyarakat menganggap itu suatu hal kecil yang tidak patut dipermasalahkan.
Tanpa disadari, kita sudah merusak sendiri tempat tinggal kita. Molekul-molekul plastik itu tidak bisa dicerna oleh tanah. Coba saja kamu mengubur kantong plastik di tanah dan coba lihat beberapa tahun lagi. Yang terjadi adalah plastiknya tidak hancur. Jadi plastik itu tidak seperti sampah organik yang bisa menyatu dengan tanah. Nah, sekarang coba bayangkan… Jika setiap orang di dunia ini membuang satu saja kulit permen sembarangan, apa kira-kira yang akan terjadi pada bumi ini? Sudah bisa dipastikan dalam sekian tahun kedepan, tanah ini tidak akan bisa dipakai lagi. Tumbuhan otomatis akan mati. Dan kalau tidak ada tumbuhan, bagaimana kita bisa bernafas? Maukah kamu mati karena kulit permen?
Jika kamu remaja yang peduli lingkungan, kamu tidak usah melakukan reboisasi, penanaman bakau di pinggir pantai, dan kegiatan-kegiatan ‘WAH’ lainnya yang tentunya memerlukan biaya dan tenaga yang sangat besar. Tapi coba setiap kamu berangkat ke sekolah atau sedang jalan bersama teman-teman, pungutlah satu saja sampah plastik yang ada di jalan dan buang ke tempat sampah terdekat. Jika setiap orang melakukan hal ini, sepertinya penanganan limbah plastik sudah terbilang sukses. Cara yang sangat murah meriah kan? Tapi itu sangat menyelamatkan bumi kita ini. Semua orang bisa kalau dia sadar akan ancaman limbah plastik bagi bumi kita.
Selain itu pemerintah juga memegang peranan penting dalam hal penanganan limbah plastik. Jika pemerintah peduli, paling tidak di Indonesia terutama di tempat-tempat umum disediakan tong sampah khusus. Dengan begitu potensi orang untuk membuang sampah sembarangan akan lebih sedikit.
Tapi perlu diketahui. Limbah plastik itu tidak selalu berdampak negatif. Ingat saja, segala hal yang berbau negatif bisa bermanfaat jika kita memanfaatkannya dengan baik. Apa kamu ingat pemulung yang sering mengais sampah plastik seperti botol-botol minuman mineral di jalanan sana? Tanpa kita sadari, pemulung adalah salah seorang penyelamat bumi karena dia memungut sampah-sampah plastik yang sudah tidak digunakan. Sampah itu ia kumpulkan dan kemudian didaur ulang menjadi barang yang berguna. Tapi sayang sekali, pemulung memungut sampah plastik bukan karena kesadarannya untuk mencegah bahaya limbah plastik. Ia memungut sampah plastik karena faktor uang.
Biarkanlah anak cucu kita bisa menghirup udara segar. Biarkanlah anak cucu kita menyongsong masa depannya. Ini semua juga untuk diri kita sendiri.
Senin, 18 Januari 2010
TANTANGAN HIDROLOGI DI MASA DEPAN
Duh,, semakin lama hidrologi makin mengalami tantangan yang agak sulit..
Gimana yah?? Ayo kita pecahkan bersama-sama dan kita selamatkan kelestarian sumber daya air kita...
Tapi tantangannya apa aza sih?
Nah kalo mau tau baca aza yang ada dibawah ini...
Pertambahan populasi manusia menjadi tantangan besar kepada ilmu ini (hidrologi) untuk tetap ditingkatkan kualitas dan kuantitas penerapannya di lapangan. Dengan hidrologi, dapat dianalisa dan dipelajari tidak hanya persoalan klasik hidrologi, pencegahan banjir, tetap juga semua persoalan dengan kualitas yang lebih kompleks. Sebagai contoh, sejalan contoh diatas, bila manajemen air bendungan gagal, produksi listrik PLTA akan tidak optimal dan akan berakibat kepada sektor lainnya. Pertambahan populasi juga membuat integrasi manusia dengan alam yang kompak terikat satu sama lain. Kompleksitas permasalahan bertambah dengan mengharapkan pemecahan masalah secara ideal yakni dengan memperhatikan kebutuhan manusia dan alam secara faktor yang seimbang dan menyokong satu dengan lainnya.
Tantangan ini membuka ilmu hidrologi untuk memperbaiki analisa rumus rumus yang ada, perbaikan cara pandang modern dan penggunaan tehnologi untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pemecahan masalah sehingga dapat menjadikan sumber pertimbangan pembangunan secara lebih baik lagi dalam segi kualitas. Tehnologi maju telah membantu banyak hal dalam pemecahan masalah hidrologi, sebagai contoh pengindraan panas bumi, uap air, kelembaban udara, arah dan kekuatan angin dan aliran laut lewat satelit. Tehnologi super computer juga telah digunakan dalam pemecahan dan simulasi masalah hidrologi.Tehnolgi biasanya digunakan untuk mengatasi permasalahan mendapatkan data yang bersih (dengan tidak memperhitungkan data yang rusak, error atau tidak dapat dipertanggung jawabkan). Ketersediaan data data yang akurat dalam tempat, waktu tertentu, seperti curah hujan, debit air sungai, ketinggian muka air tanah dapat meramalkan kejadian yang akan datang, menjadi dasar pembagian debit air terhadap kebutuhan daerah yang dibagi. Sebagai contoh monitoring daerah disekitar jakarta dapat meramalkan debit air yang masuk ke jakarta. Ini dapat menjadi pertimbangan dalam manajemen air sungai,seperti; dapatkah dengan aman melintas jakarta, atau harus ditampung sementara di waduk besar dsb.
Pemodelan harus dilakukan, sebelum hasil keluar dapat diketahui. Sejalan dengan contoh diatas, pemodelan kondisi jakarta dan daerah sekitarnya harus dipelajari sebelum dapat diperkirakan air yang kemungkinan mengalir pada titik dan waktu tertentu di jakarta. Debit sekian di Cipanas, Bogor dan Sentul akan menghasilkan debit sekian di Manggarai. Dengan bantuan komputerisasi dan pemodelan matematika hal ini dapat dilakukan dan disimulasikan. Pada akhirnya dapat menghindari dari kerugian yang besar baik harta maupun jiwa.
Beberapa contoh umum permasalahan hidrologi di masa sekarang ini antara lain:
1. Penyelidikan mengenai siklus Hidrologi, tidak hanya pada setiap phase dan proses-nya, tetapi juga menjelaskan diperkuat dengan penyelidikan ilmiah.
2. Penyelidikan dan penelitian terhadap sumber daya air (kuantitatif dan kualitatif) secara riil baik untuk penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Penyelidikan pemodelan sirkulasi air di bumi dengan memperhitungkan kuantitatif dan kualitatif segala faktor yang mempengaruhi perubahannya, baik yang disebabkan oleh alam, maupun campur tangan manusia. Dengan pemodelan ini diharapkan menjadi acuan yang lebih baik lagi untuk menjamin ketersediaan sumber daya air.
4. Memperbaiki sistim distribusi air secara global baik distribusi buatan maupun distribusi alam.
5. Memperkirakan atau meramalkan kejadian yang mungkin terjadi dengan memperhatikan gejala gejala alam secara ilmiah.
6. Penyelidikan bahaya seperti banjir, kekeringan dan penyelidikan mengenai keadaan air tanah.
7. Penyelidikan dalam aspek hidrologi dari dampak pemakaian sumber daya air suatu daerah. Bilakah terdapat perubahan atau efek yang membahayakan manusia?
Dari 7 pokok permasalahan, dapat disimpulkan bahwa hidrologi merupakan salah satu aspek dalam pelaksanaan gerakan pembangunan berwawasan lingkungan (Sustainable Development).
Beberapa contoh isu yang tengah hangat menjadi pembicaraan ilmuwan lingkungan diseluruh dunia adalah masalah global warming, greenhouse effect, El Nino dan La Nina. Efek dan kecenderungan perubahan iklam dan pemanasan global terjadi karena peningkatan aktifitas manusia yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Gelombang panah yang terjadi merubah perilaku iklim dan cuaca sehingga disebutkan oleh Drew Sindell dari Nasa Institut, New York bahwa dalam kurun waktu 2 juta tahun kebelakang, urutan 5 tahun terhangat ialah 2005, 1998, 2002, 2003, 2004.
SIKLUS HIDROLOGI
Dulu saya kebingungan nentuin gimana sih siklus hidrologi itu pas kena mata kuliah geohidrologi..
Jadi keingatan pas lagi SMP kalo siklus hidrologi itu cuma air laut menguap, jadi awan, ntar kalo udah dingin jadi hujan deh, trus airnya ngalir lagi ke laut dan terulang lagi deh seterusnya.
Padahal anggapan ini masih belum lengkap loh.
Mau tahu selengkapnya? Baca dulu yach...
Sebenarnya penyebab siklus hidrologi ini adalah energi panas dari matahari. Akibat panas yang bersumber pada matahari, maka terjadilah Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan permukaan tanah dan Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman. Uap air hasil penguapan ini kemudian pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun.
Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya sendiri, ranting atau batang pohon atau bahkan oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi istilah intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flow) kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off. Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub surface flow/through flow) dan sebagian lagi akan membasahi tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut soil moisture (tanah basah). Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah.
Aliran air tanah (ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hukum-hukum Fisika. Air yang mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut, menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya untuk memenuhi sifat air itu sendiri yakni mencari tempat lebih rendah.
Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
SIFAT-SIFAT AQUIFER
Aquifer ini pun memiliki suatu sifat yang khas yakni unsur-unsur didalamnya serta lintasan aquifer itu sendiri.
Mau tahu sifat-sifat yang dimiliki oleh aquifer?
Baca dulu keterangan para ahli dibawah ini.. hehe
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air tanah dangkal pada aquifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak dengan batuan.
Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya.
Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi geomorfologi merupakan aquifer yang baik.
Berdasarkan pengamatan lapangan, aquifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a.Lintasan air (water course),
materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b.Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley),
tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
c.Dataran (plain),
ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan aquifer yang baik.
d.Lembah antar pegunungan (intermontane valley),
yaitu lembah yang berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.
e.Batu gamping (limestone),
air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
f. Batuan vulkanik,
terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air.
Label:
Air Tanah,
Hidrogeologi,
Hidrologi
AIR BERSIH
Kata ibu jangan jajan sembarangan, soalnya para pedagang gak ada yang pake air bersih..
Trus si anak bertanya apa sih air bersih itu..
Nah lo, sebelum kita sebagai orang tua memberitahukan anak kita apa itu yang dimaksud dengan air bersih, alangkah baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa itu air bersih.. Jangan asal main ngomong aja.. hehe
Untuk lebih jelasnya silakan simak uraian berikut ini..
Berdasarkan silklus hidrologi yang terjadi di alam (Notoatmodjo, 2002), sumber air bersih terbagai sebagai berikut :
1. Air hujan : Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan tidak mengandung kalsium, sehingga perlu ditambahkan kalsium.
2. Air sungai dan danau : Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau tersebut. Kedua sumber air tersebut mudah mengalami pencemaran sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dijadikan air minum.
3. Mata air :Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Sehingga air dari mata air bila belum tercemar sudah dapat dijadikan air minum langsung.
4. Air Sumur Dangkal : Air ini keluar dari dalam tanah yang berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berbeda-beda, biasanya berkisar antara 5 sampai 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur dangkal belum terlalu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
5. Air Sumur Dalam : Air ini berasal dari lapisan kedua air di dalam tanah. Dalamnya biasanya 15 meter dari permukaan tanah. Sehingga air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
Hal prinsip yang harus kita perhatikan, air untuk keperluan konsumsi secara teknis harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain (Chandra, 2007).
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI
Berbagai persyaratan tersebut dapat dipenuhi dari berbagai asal sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi 3 yaitu (Chandra, 2007)
Air Hujan : Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi dan merupakan jenis air yang paling murni. Namun, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir. Air hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat di dalam udara, misalnya gas CO2, gas N203 dan gas S2O3 sehingga beberapa reaksi kimia berikut dapat terjadi dalam udara.
a) Gas CO2 + air hujan ---> asam karbonat
b) Gas S2O3 + air hujan ---> asam sulfat
c) Gas N2O3 + air hujan ---> asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai ke permukaan bumi sudah tidak murni dan reaksi di atas dapat mengakibatkan keasaman pada air hujan, sehingga akan terbentuk hujan asam (acid rain).
Air Permukaan : Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Jumlah atau kuantitasnya air permukaan
2. Mutu atau kualitas baku air permukaan
3. Kontinuitas air permukaan.
Air permukaan tersebut dapat berupa sungai, telaga, rawa, danau, waduk, air terjun, atau sumur permukaan sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Jenis air permukaan ini seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Karakteristik air bersih dari berbagai sumber tersebut secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Sumber air permukaan yang berasal sungai, selokan, dan parit biasanya dapat tercemar karena terhanytnya berbagai bahan pencemar yang masuk kedalamnya.
• Sumber air permukaan yang berasal dari danau, bendungan, rawa, mempunyai kareakteristik air yang tidak mengalir serta tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya pembusukan tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain.
• Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange.
Air Tanah : Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi. Pproses filtrasi ini berlangsung secara alamiah dengan melewati beberapa lapisan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan tersebut menyebabkan berbagai zat dapat terkandung didalamnya, seperti mineral (seperti kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan Mn). Berbagai proses tersebut menyebabkan kualitas air tanah cenderung lebih baik / lebih murni dibandingkan air permukaan.
Penggolongan Air
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990, kualitas air dikelompokan menjadi beberapa golongan menurut peruntukan atau kegunaannya, antara lain :
1. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
MENGATASI PERMASALAHAN AIR DI INDONESIA
Musim kemarau? Siapa takut? Jangan sombong deh..
Gimana kalo PDAM mampet? Mau pake sumur? Kering boo..
Makanya sadarin dulu keadaan lingkungan terutama ketersediaan air disekitar kita..
Mau sadar?
Baca dulu yah teman... hehe
Tahukah kamu bahwa banyak daerah di Indonesia mengalami kesulitan air untuk kebutuhan domestik khususnya pada musim kemarau. Daerah sulit air terutama disebabkan oleh keterbatasan keberadaan aquifer sistem pori, sehingga perlu dicari aquifer sistem celah yang terbentuk karena adanya air meteorik yang mengisi sistem fraktur. Untuk mendeteksi keberadaan sistem fraktur diperlukan suatu peta geologi dengan ketelitian yang cukup tinggi, padahal di daerah tropik basah seperti di Indonesia karena keterbatasan jumlah dan dimensi singkapan batuan, maka peta geologi yang diperoleh biasanya terlalu interpretatif.
Teknik nuklir yaitu teknik pemetaan radioaktivitas soil/batuan dan survei gas radon dapat membantu memecahkan persoalan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penggunaan kedua teknik nuklir tersebut adalah informasi mengenai lokasi-lokasi keberadaan sistem fraktur yang berpotensi bertindak sebagai aquifer sistem celah. Untuk memperkuat dugaan keberadaan aquifer tersebut digunakan metode tidak langsung yaitu teknik geofisika konvensional, yang pembuktiannya dilakukan dengan pembuatan sumur eksplorasi yang sekaligus diharapkan dapat ditingkatkan menjadi sumur produksi.
Pertama yang dilakukan meliputi: analisis morfologi / foto udara, studi geologi / hidrogeologi regional dan data pendukung lainnya. Sasaran utamanya adalah mengetahui kondisi geologi / hidrogeologi, terutama: pola penyebaran formasi / satuan batuan, pola arah umum struktur geologi (patahan/lipatan), perkiraan daerah tangkapan/ resapan.
Analisis morfologi dilakukan melalui peta topografi skala 1 : 50.000 dan foto udara (bila diperlukan). Kondisi geologi / hidrogeologi regional, terutama diperoleh melalui peta-peta regional, terutama yang dipublikasikan oleh Direktorat Geologi. Pekerjaan ini akan dilaksanakan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan.
Pemetaan topografi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah membuat peta topografi berskala 1: 5.000, sesuai dengan keadaan saat ini. Peta ini diperlukan terutama untuk korelasi hasil pemetaan geologi / hidrogeologi dan pembuatan penampang hasil survei geolistrik. Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan lini berturut-turut terdiri dari: orientasi lapangan termasuk penentuan titik ikat, koreksi arah U-S dengan menggunakan deklinasi matahari, pengukuran poligon, pengukuran situasi, pengolahan data pengukuran dilanjutkan dengan penggambaran peta topografi skala 1 : 5.000.Titik ikat diukur dengan menggunakan GPS, jika posisi titik triangulasi terlalu jauh dari lokasi pemetaan. Pengukuran poligon / situasi akan dilaksanakan dengan alat theodolit. Pada hakekatnya batuan / soil mengandung unsur U, Th dan K yang memancarkan radiasi y (gamma), besar kecilnya intensitas radiasi bergantung pada kandungan unsur-unsur tersebut pada batuan / soil.Batuan / soil sejenis di suatu daerah akan mempunyai nilai radioaktivitas yang relatif sama. Sasaran utama kegiatan pengukuran radioaktivitas ini adalah untuk mendapatkan sebaran batuan / soil dengan ketelitian relatif tinggi sebagai data dalam pembuatan peta geologi. Survei ini sangat bermanfaat untuk daerah-daerah seperti di Indonesia yang beriklim tropis basah sehingga langka singkapan batuan karena tertutup oleh soil.
Pemetaan geologi
Pemetaan geologi bertujuan untuk memperoleh informasi geologi permukaan. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000 (hasil pemetaan topografi). Peta ini terutama berisi: jenis dan sebaran satuan batuan di permukaan, struktur geologi (jurus dan kemiringan lapisan, jenis dan arah patahan, serta sumbu perlipatan). Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut - turut terdiri dari pendataan geologi permukaan, evaluasi data permukaan dilanjutkan dengan pembuatan peta geologi.
Pendataan geologi akan dilaksanakan oleh ahli geologi yang berpengalaman dengan metoda lintasan pengamatan. Pendataan lapangan terutama meliputi jenis batuan dan struktur geologi pada singkapan batuan.
Kesulitan air di suatu daerah terutama diakibatkan oleh kurang adanya sistem lapisan pembawa air (aquifer), oleh karena itu perlu di cari sistem lain yang dapat bertindak sebagai aquifer. Diasumsikan bahwa sistem fraktur/rekahan menghasilkan batuan dengan permebilitas sekunder yang relatif tinggi yang dapat bertindak sebagai aquifer sistem celah. Radon adalah anggota kelompok unsur yang meluruh secara alamiah dalam bentuk gas yang memancarkan sinar a (alpha). Anomali gas Radon dapat menggambarkan sistem fraktur bawah permukaan yang membentuk permeabilitas sekunder (aquifer sistem celah).
Survey geofisika terutama geolistrik
Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah untuk memperkuat dugaan keberadaan aquifer , dan kondisi geologi bawah permukaan. Hasil survei digambarkan dalam bentuk penampang tegak korelasi tahanan jenis batuan bawah permukaan. Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut-turut terdiri dari : penentuan lokasi titik sounding, pengukuran resistivitas di lapangan, analisis data pengukuran, pembuatan penampang-penampang resistivitas, pembuatan penampang-penampang tegak resistivitas batuan bawah permukaan, analisis dan korelasi geologi / hidrogeologi bawah permukaan.
Analisis terpadu ini ditujukan untuk menganalisis data pemetaan geologi dan hidrogeologi, serta hasil penyelidikan geolistrik yang dipertajam dengan survei teknik nuklir yaitu pengukuran radioaktivitas soil/batuan dan pengukuran intensitas gas radon.
Hasilnya adalah suatu kesimpulan tentang model aquifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan lokasi potensial untuk dilakukan pemboran eksplorasi airtanah-dalam. Penentuan lokasi pemboran berdasarkan hasil kegiatan pelacakan airtanah-dalam sebelumnya. Pekerjaan mobilisasi didahului dengan peninjauan awal lokasi dengan penekanan pada : cara kesampaian lokasi pemboran kondisi jalan yang akan dilalui), keberadaan sumber air pembilas dan cara pengadaannya serta ketersediaan sarana penunjang lapangan.
Persiapan pemboran meliputi : penyiapan lahan untuk operasi pemboran, pemasangan menara dan mesin bor, pembuatan kolam lumpur pemboran dan penyediaan air pembilas lumpur dan pemasangan pipa lindung permukaan (surface casing).
Selama operasi pemboran dilakukan pencatatan yang meliputi : tinggi muka airtanah dalam lubang pemboran, kecepatan penetrasi pemboran, sifat fisik lumpur pemboran dan indikasi zona - water losses/water flows.
Hasil pemeriksaan disusun dalam bentuk log litologi yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan desain konstruksi sumur bersama-sama dengan hasil diagrafi nuklir lubang bor
Diagrafi Nuklir Lubang Bor
Diagrafi nuklir lubang pemboran dilakukan pada lubang pemboran pilot hole, mulai dari permukaan sampai kedalaman total pemboran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan peralatan diagrafi yang dilengkapi dengan probe (sonde) yang diantaranya meliputi : Gamma Ray, resistivity (short dan long normal), self potential dan neutron-neutron.
Dari hasil diagrafi nuklir ini dapat diketahui kedalaman aquifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan desain penempatan pipa-pipa saringan dan material selubung pada saat konstruksi sumur (desain konstruksi sumur).
Pekerjaan konstruksi sumur merupakan pekerjaan pemasangan pipa dan material selimut pipa di dalam lubang pemboran. Posisi pemasangan material-material di dalam lubang akan disesuaikan dengan desain konstruksi sumur, dapat mengalir bebas kedalam sumur tanpa hambatan.
Analisis terpadu dilaksanakan setelah selesai pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah atau setelah memperoleh seluruh data lapangan dan laboratorium. Data analisa mencakup : hasil studi meja, hasil pelacakan, pemeriksaan keratan pemboran, pengujian geofisika lubang bor, parameter hasil uji pemompaan / uji kambuhan dan hasil analisa kwalitas air. Penekanan analisis adalah pada kondisi hidrogeologi umum, kondisi sumur dan kemampuan maksimum,disamping kualitas air yang dihasilkan.
Hidrologi Dataran Alluvial
Pernah ada dosen yang ceplas-ceplos mengenai dataran alluvial,
maklum namanya mahasiswa pas denger dosen ngomong pikirannya kemana-mana.
Ada yang mikirin tugas, makan,pulsa dan pacar bahkan ada yang mikirin gimana caranya telat bayar uang kos dan bisa ngehindarin ibu kos.
Parah banget kan?
Nah karena itulah agar dapat membantu mereka-mereka itu,, saya membuat artikel mengenai dataran Alluvial.
Begini selengkapnya. Hehe
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.
Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung. Kondisi air tanah pada lapisan tersebut semuanya dalam keadaan tertekan , mempunyai potensi yang umumnya besar, namun masih bergantung pada luas dan penyebaran lapisan batuan dan selalu mendapat ancaman interusi air laut, apabila pengambilan air tanah berlebihan.
Dataran antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung, Garut, Madiun , Kediri, Nganjuk, dan Bondowoso, daerah ini sebagian besar dibatasi oleh kaki gunung api. Lapisan batuan terdiri atas bahan klastika hasil rombakan batuan gunung api sekitarnya. Susunan litologi dari butir kasar ke halus membentuk suatu kondisi air tanah tertekan sehingga cekungan air tanah antar gunung mempunyai potensi yang cukup besar.
Volume air tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan penyebaran permeabilitas dari akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium yang mengendap dalam dataran.
Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas materi halus (liat/berdebu) umumnya permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah yang tersusun atas pasir dan kerikil permeabilitasnya besar.
Air tanah yang mengendap di dataran banjir ditambah langsung dari peresapan air susupan. Permukaan air tanahnya dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan sumur dangkal. Dataran alluvial unsur-unsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3, Ca, Mg, Si, dan Fe, juga terdapat kelebihan Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine) dan pembusukan organik dari hasil reduksi nitrat yang ada disekitar air tanah (Karmono dan Joko Cahyo, 1978:11).
Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor alam juga sebagai aktivitas manusia misalnya adanya lahan pertanian yang mengkonsumsi pupuk organik yang mengandung nitrat.
MACAM-MACAM AQUIFER
Waduh.. ternyata aquifer itu juga bermacam-macam yah..
Tahukah kamu sebenarnya aquifer itu terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda pula.
Nah menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam aquifer sebagai berikut:
a. Aquifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Aqifer Tertekan (Confined Aquifer)
Yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Aqifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
Yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Aquifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
Yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air.
Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Label:
Air Tanah,
Hidrogeologi,
Hidrologi
Minggu, 17 Januari 2010
HIDROLOGI
Tahukah kamu bahwa hidrologi itu salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting di teknik lingkungan?
Kalo gak tau yah baca dulu.. Semoga tulisan mengenai hidrologi ini berguna bagi kita semua.. amin.. :)
Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air.
Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:1.asal mula dan proses terjadinya air 2.pergerakan dan penyebaran air 3.sifat-sifat air 4.keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai ada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm
Evaporasi dan Transpirasi
Umm,, pasti ada yang bingung berapa banyak sih air laut yang nguap setiap harinya? Kenapa gak keliatannya kurangnya?
Mau tau gimana proses Evaporasi dan Transpirasi (biasa dikenal evapotranspirasi)?
Simak dulu yah yang satu ini... hehe
Karena panas matahari, air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb itu kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh, uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup.
Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi
Asal Usul dan Sifat-Sifat Air Tanah
Asal kalian tahu, bahwa adalah hal yang mutlak bagi para birokrat seperti mahasiswa teknik lingkungan dan pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola. Kesalah-pengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah adalah :
1. Pembentukan Air Tanah
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
2. Wadah Air Tanah
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut aquifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai . Wadah air tanah yang disebut tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai aquitard. Lapisan yang sama dapat juga menutupi , yang menjadikan air tanah dalam tersebut di bawah tekanan (confined ). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined ), sama dengan tekanan udara luar. Semua aquifer mempunyai dua sifat yang mendasar:
(i) kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikian sebagai hasil dari keragaman geologinya, sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut aquifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan kilometer persegiatau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut: (i) air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam aquifer dekat permukaan hingga kedalaman (tergantung kesepakatan) sampai 40 m dan kemudian (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan tertekan, yakni tersimpan dalam pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya. Sebaran aquifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang mengandung satu aquifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air tanah.
3. Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah
Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah imbuh (pengisian/recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam aquifer sebelum muncul kembali secara alami di titik/daerah luah (pengeluaran/discharge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika aquifer. Oleh sebab itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan. Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem aquifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan air tanah dalam aquifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation), dan penambangan air tanah terjadi.
4. Mutu Air Tanah
Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun , jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan limbah, dll. Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan , besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona tak jenuh, serta batuan penyusun aquifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (water born diseases).
Label:
Air Tanah,
Hidrogeologi,
Hidrologi
Air Tanah (Groundwater)
Air tanah? Hmm.. Apa sih yang dimaksud dengan air tanah?
Nah ini dia penjelasannya...
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut aquifer.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Perlu diketahui permeabilitas (permeable dan impermeable) disebut dengan istilah kelulusan air.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut aquifer.
Langganan:
Postingan (Atom)